24 Agustus, 2012

Masjid Hassan II, Casablanca, Maroko

Gambar 1 Masjid Hassan II, Casablanca, Maroko
Casablanca adalah sebuah kota yang sudah sangat tua usianya. Kota ini terletak di Maroko. Maroko sendiri, bersama dengan Tunisia, Aljazair dan Libya serta negara-negara Afrika Utara yang lain, dalam literatur Islam sering disebut sebagai negeri-negeri Maghribi. Karena sudah sangat tua umurnya, maka di Casablanca banyak dijumpai artefak kebudayaan yang memperlihatkan pengaruh dari zaman lama, termasuk arsitektur masjid yang paling terkemuka di kota ini, yaitu Masjid Hassan II.

Masjid Hassan II dikenal sebagai masjid yang memiliki menara paling tinggi di dunia. Tinggi menara itu adalah sekitar 210 m atau 689 kaki. Selain ketinggiannya itu, menara masjid ini juga termasyhur sebagai menara yang spektakuler karena dari puncaknya pada waktu malam hari akan terlihat sinar laser yang terang yang mengarah ke kiblat, yaitu ke arah Kabah di Mekah, seakan-akan menjadi penunjuk jalan ke rumah Tuhan. Selain itu, Masjid ini juga spektakuler karena sebagian lantainya terletak tepat di atas Samudera Atlantik.

Masjid Hassan II merupakan masjid terbesar di Maroko dan masjid ketiga terbesar di dunia setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ruangan utama masjid ini dapat menampung 25 ribu jamaah, namun jika seluruh ruangan dalam dan luar masjid dimanfaatkan – kapan saja diperlukan – maka kapasitasnya akan meningkat menjadi 105 ribu jamaah.

Membangun Masjid
Seperti yang tercermin dari namanya, Masjid Hassan II dibangun atas perintah raja Maroko, yaitu Raja Hassan II. Hampir setengah bagian bangunan ini berada di atas air Samudera Atlantik. Lokasi ini mengambil inspirasi dari salah satu ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa arasy (tahta) Tuhan “berada di atas air.” Sebagian dari lantai masjid terbuat dari kaca sehingga jamaah dapat berdiri tepat di atas air laut Samudera Atlantik. Hal ini terutama ditekankan oleh sang raja:

Gambar 2 Masjid Hassan II, Casablanca, Maroko
“Saya ingin agar Casablanca memiliki sebuah bangunan yang besar dan indah serta dapat menjadi kebanggaan hingga akhir zaman .... Saya ingin membangun sebuah masjid di atas air, karena tahta Tuhan terletak di atas air. Maka, orang-orang mukmin yang bersembahyang di sana untuk memuja Sang Pencipta sekaligus dapat merenungkan langit dan lautan kepunyaan Tuhan ini”.

Bangunan masjid ini dibangun di atas tanah urukan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tahan gempa serta memiliki sistem pemanasan lantai, pintu-pintu elektronik, dan atap yang bisa dibuka-tutup. Arsiteknya adalah seorang Perancis bernama Michel Pinseu. Pekerjaan pembangunan dimulai pada tanggal 12 Juli 1986 dan diharapkan selesai pada hari ulang tahun ke-60 Raja Hassan II pada tahun 1989. Namun, ternyata proses pembangunan molor sehingga baru selesai pada tanggal 30 Agustus 1990. Jumlah pekerja pembangunan kira-kira 2500 orang. Proses ini juga melibatkan 10 ribu seniman dan pengrajin.

Semua bahan baik berupa batu granit, pualam, kayu maupun bahan-bahan yang lain yang digunakan dalam pembangunan ini diambil dari sekitar Maroko, kecuali bahan untuk pilar granit putih dan kandil-kandil kaca yang didatangkan dari Murano, Venezia, Italia. Selama lima tahun, sekitar 6 ribu seniman tradisional Maroko bekerja keras untuk mengubah bahan-bahan mentah ini menjadi mozaik, lantai dan pilar-pilar batu, dinding, dan langit-langit kayu yang diukir dan berwarna-warni. Pada saat tenggat yang ditentukan telah terlewati, 1400 orang bekerja pada siang hari dan 1000 orang bekerja pada malam hari untuk menyelesaikan proyek ini.

Pembangunan masjid ini diperkirakan menelan biaya sekitar $800 juta, yang sebagian besar diambil dari pajak. Berbagai laporan internasional telah memberikan laporan bahwa ada banyak sekali kecaman dan dana-tidak-sukarela yang digunakan untuk membiayai proyek ini. Namun, orang Maroko agaknya tetap bangga dengan monumen mereka ini. Pengumpulan dana untuk pembangunan masjid ini sebenarnya juga memiliki sensitif: mengurangi jumlah uang yang beredar di Maroko dan menekan inflasi.

Gaya arsitektur Masjid Hassan II memperlihatkan pengaruh gaya “Moorish” yang kuat dan mengingatkan orang pada kemegahan Alhambra dan Mezquita, dua peninggalan kebudayaan Islam yang termasyhur di daratan Spanyol. Pintu-pintu di luar maupun di dalam ruangan masjid dicirikan oleh lengkungan berbentuk tapal kuda. Sedangkan dinding dan pilar-pilar di dalam ruangan dihiasi dengan berbagai macam pola ukiran yang rumit dan indah.

Gambar 3 Masjid Hassan II, Casablanca, Maroko
Ruangan utama, tempat umat Muslimin shalat, dilapisi dengan karpet merah. Sementara itu, balkon khusus wanita dan anak-anak diletakkan di sebelah kanan pintu masuk dan dibuat dari kayu yang diukir dengan indah. Di bawah lantai, terdapat tempat permandian umum gaya Turki dan juga air mancur yang dapat digunakan sebagai air wudlu.

Tradisi dan Masjid Hassan II
Masjid Hassan II yang spektakuler ini bukan semata-mata bangunan religius yang spektakuler. Masjid ini menjadi semacam pesan kepada seluruh umat manusia agar merenungkan otentisitas masjid ini, kebesarannya, dan kebanggaannya serta semangatnya untuk membangun saling pengertian dengan sesama makhluk Tuhan sekaligus merenungkan kebesaran Sang Pencipta.

Masjid Hassan II adalah bagian dari tradisi pembangunan monumen religius yang panjang di negeri-negeri Maghribi. Masjid monumental pertama yang dibangun adalah pada masa Umayyah. Abd al-Malik memerintahkan pembangunan masjid yang dikenal sebagai Kubah Batu (Ubbat as-Sakhra) tersebut antara tahun 688 dan 692 yang, bersama dengan Masjid Al-Aqsa, salah satu bangunan Islam terkenal.

Antara tahun 705 dan 710, Al-Walid memerintahkan rekonstruksi Masjid Raya Madinah serta pembangunan Masjid Raya Damaskus antara tahun 706 dan 715. Masjdi Raya Damaskus adalah prototip atau cetak biru bagi masjid-masjid di Maghribi. Tata letak seperti ini disebut sebagai “Medinian”. Di daerah ini, Masjid Raya Kairouan dianggap sebagai pendahulu dari semua masjid. Masjid ini didirikan oleh ‘Oqba ben Nafi’, diruntuhkan dan dibangun ulang pada akhir abad ke-7 M, diperluas pada pertengahan abad ke-9 M oleh Kalifah Hisyam, kemudian diperindah oleh Zidayat Allah sebelum diperluas lagi pada abad ke-9 M.


Masjid monumental berikutnya yang dibangun di daerah Maghribi adalah Masjid Agung di Andalusia, Spanyol. Masjdi yang dibangun oleh ‘Abd al-Rahman I antara tahun 785 – 786 M ini diperluas secara berturut-turut oleh Abd al-Rahman II pada tahun 833 M, al-Hakam pada tahun 961 M dan oleh al-Mansur pada tahun 987 M. Masjid ini menjadi prototip bagi dua masjid besar yang lain, yaitu Masjid Raya Saragossa dan Toledo. Selain itu, masjid ini juga mengandung desain ornamental yang akan dilanjutkan berabad-abad kemudian di Maroko.

Baru pada abad ke-9 M di Maroko dibangun dua masjid monumental, yaitu Masjid Qarawiyyin dan Masjid Andalous. Masjid Qarawiyyin diperluas pada tahun 956 M dan 1135 M pada masa pemerintahan Almoravids. Kedua masjid ini menandai lahirnya kesenian khas Maroko yang kemudian mengembangkan ciri-ciri khas lokal Maroko yang telah memperoleh pengaruh dari Andalusia dan Timur Tengah. Kedua bangunan ini menjadi saksi kemahiran para seniman Maroko yang berhasil menyarikan ciri-ciri lokal dan mencampurnya dengan pengaruh dari luar untuk menciptakan sebuah gaya kesenian yang khas Maroko.

Kemampuan untuk mengintegrasikan pengaruh dari luar untuk memperkaya tradisi lokal ini akan menjadi ciri kesenian Maroko secara umum dan arsitektur Maroko secara khusus. Bahkan pada masa pemerintahan Almoravid, yang terpesona pada kebudayaan Andalusia, dan juga pada masa pemerintahan dinasti Merinid, tradisi menjaga warisan dari masa lalu ini tetap berlaku.

Tradisi ini terbukti dengan dibangunnya berbagai masjid yang memukau di negeri Maghribi dan Andalusia, seperti Masjid Tinmel di Marrakesh, Masjid Hassan di Rabat, dan Masjid Raya Taza dan Gerilda di Sevilla, yang dibangun oleh Abou Yacoub pada tahun 1171. Masjid-masjid ini dan ornamen-ornamennya yang khas menjadi sumebr inspirasi bagi masjid-masjid lain.

Setelah masa kekuasaan dinasti Almohad berlalu, Maroko menghasilkan beberapa bangunan lagi, seperti madrasah-madrasah Merinid dan masjid-masjid di Fez, Sale dan Oujda, atau mouseleum Saadi di Marrakesh dan masjid-masjid di Alaouite dan berbagaiistana di Fez, Marrakesh dan Meknes. Semua bangunan tersebut merupakan karya seni arsitektur yang telah menjadikarya klasik.

Masjid Hassan II merepresentasikan bukan hanya kemampuan untuk mengasimilasikan pengaruh-pengaruh dari luar, tetapi juga mencerminkan harmoni dengan teknologi baru yang lebih efektif. Perpaduan ini menghadirkan masa lalu dengan lebih efektif, tidak lagi sekadar menyalin masa lalu tersebut, sehingga menimbulkan rasa penghargaan yang lebih besar dan tidak hanya bersifat nostalgia belaka.

Sementara tetap setia dengan inspirasi tradisional, Masjid Hassan II memanfaatkan semua pencapaian teknologi pada masa mdoern, sehingga sekaligus mencerminkan semangat yang sejalan dengan peradaban kontemporer sekaligus dengan ajaran-ajaran Islam.


Pencapaian Masjid Hassan II ini, seperti yang telah diungkapkan, tidak terlepas dari tradisi arsitektur yang telah berlangsung sangat lama di Maroko. Sebelum masjdi ini dibangun, orang Maroko telah membangun makam Raja Muhammad V dan proyek-proyek besar lain seperti renovasi istana-istana di Fez, Marrakesh, Rabat dan Casablanca serta Agadir dan Nador. Jadi, ciri utama arsitektur Maroko adalah perpaduan antara bentuk lengkung, bahan kayu, cat dan ukuran dari masa Almoravid dengan ornamentasi floral (bunga-bungaan) dan inskripsi serta desain dan bahan-bahan krom yang dihasilkan pada masa modern.

Masjid Hassan II menandai keberlanjutan suatu kesenian kuno yang telah termodernisasikan dan bukan hanya sekadar inovasi teknologis, melainkan juga kesempatan untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan estetika yang baru.


Sumber internet

“Hassan II Mosque, Casablanca”, diunduh pada tanggal 11 Januari 2010, tersedia di http://www.sacred-destinations.com/morocco/casablanca-hassan-ii-mosque

“Hassan II Mosque”, diunduh pada tanggal 11 Januari 2010, tersedia di http://en.wikipedia.org/wiki/Hassan_II_Mosque

“Hassan II Mosque”, diunduh pada tanggal 11 Januari 2010, tersedia di http://architecture.about.com/od/greatbuildings/ig/Sacred-Buildings/Hassan-II-Mosque-.htm

“Masjid Hassan II”, diunduh pada tanggal 11 Januari 2010, tersedia di http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Hassan_II

“Mosque Hassan II”, diunduh pada tanggal 11 Januari 2010, tersedia di http://commons.wikimedia.org/wiki/Mosqu%C3%A9e_Hassan_II

“The Hassan II Mosque in the Historical Contekxt”, diunduh pada tanggal 11 Januari 2010, tersedia di http://www.moroccotravelandtours.com/hassan_ii_mosque.htm


Sumber gambar

“Largest Mosques”, diunduh pada tanggal 11 Januari 2010, tersedia di http://www.netuse.co.uk/clients/salawaat/mosques-largest.htm

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More